Ketahui 7 Manfaat Daun Tapak Dara yang Wajib Kamu Tahu!
Jumat, 1 Agustus 2025 oleh journal
Tumbuhan dengan nama latin Catharanthus roseus ini, terutama bagian foliumnya, menyimpan sejumlah senyawa bioaktif. Senyawa-senyawa ini diyakini berkontribusi terhadap peningkatan kesehatan dan berpotensi membantu mengatasi berbagai kondisi medis. Pemanfaatan ekstrak tumbuhan ini telah dilakukan secara tradisional untuk berbagai keperluan kesehatan.
"Meskipun memiliki potensi, pemanfaatan ekstrak Catharanthus roseus untuk kesehatan harus dilakukan dengan sangat hati-hati dan di bawah pengawasan medis. Riset lebih lanjut diperlukan untuk memahami dosis yang tepat dan efek samping yang mungkin timbul."
- Dr. Amanda Putri, Spesialis Penyakit Dalam.
Pendapat Dr. Amanda Putri menggarisbawahi pentingnya kehati-hatian dalam memanfaatkan potensi tanaman hias yang sering kita jumpai ini. Beberapa penelitian awal menunjukkan bahwa kandungan senyawa seperti vinkristin dan vinblastin, yang diekstrak dari tanaman ini, memiliki sifat antikanker. Senyawa-senyawa ini bekerja dengan menghambat pembelahan sel kanker. Selain itu, kandungan alkaloid lainnya berpotensi dalam mengontrol kadar gula darah. Meski demikian, perlu diingat bahwa senyawa-senyawa ini juga memiliki efek toksik jika digunakan secara tidak tepat. Penggunaan tradisional tanaman ini sebagai obat herbal sebaiknya tidak menggantikan pengobatan medis konvensional. Jika tertarik untuk menggunakan ekstrak tanaman ini sebagai bagian dari perawatan kesehatan, sangat disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu. Dosis yang tepat dan pemantauan efek samping sangatlah krusial.
Manfaat Daun Tapak Dara
Daun tapak dara ( Catharanthus roseus) menyimpan potensi terapeutik. Penelitian awal mengindikasikan berbagai manfaat kesehatan. Kehati-hatian tetap menjadi prioritas utama dalam pemanfaatannya.
- Antikanker (terutama vinkristin & vinblastin)
- Pengontrol gula darah (alkaloid)
- Antioksidan (senyawa fenolik)
- Antimikroba (potensi melawan bakteri)
- Anti-inflamasi (meredakan peradangan)
- Diuretik (meningkatkan produksi urin)
- Hepatoprotektif (melindungi fungsi hati)
Manfaat-manfaat ini, meski menjanjikan, masih memerlukan validasi melalui uji klinis berskala besar. Contohnya, efek antikanker dari vinkristin dan vinblastin telah dimanfaatkan dalam kemoterapi, namun isolasi dan dosis yang tepat sangat penting. Potensi daun tapak dara sebagai pengontrol gula darah juga perlu diteliti lebih lanjut untuk memahami interaksinya dengan obat-obatan diabetes yang ada. Penggunaan tradisional tidak boleh menggantikan konsultasi medis profesional.
Antikanker (terutama vinkristin & vinblastin)
Keberadaan senyawa vinkristin dan vinblastin dalam Catharanthus roseus atau tapak dara menempatkan tanaman ini sebagai sumber potensial agen antikanker. Kedua senyawa ini, yang termasuk dalam golongan alkaloid, telah lama diteliti dan dimanfaatkan dalam pengobatan kanker.
- Mekanisme Kerja Vinkristin dan Vinblastin
Vinkristin dan vinblastin bekerja dengan mengganggu pembentukan mikrotubulus, struktur seluler yang penting dalam proses pembelahan sel (mitosis). Gangguan ini menghambat sel kanker untuk membelah dan berkembang biak, sehingga pada akhirnya memicu kematian sel kanker (apoptosis).
- Aplikasi Klinis dalam Kemoterapi
Vinkristin secara luas digunakan dalam kemoterapi untuk mengobati berbagai jenis kanker, termasuk leukemia limfoblastik akut (LLA) pada anak-anak, limfoma Hodgkin dan non-Hodgkin, serta neuroblastoma. Vinblastin juga digunakan dalam pengobatan limfoma Hodgkin, kanker testis, dan kanker payudara.
- Ekstraksi dan Pemurnian Senyawa
Vinkristin dan vinblastin tidak dapat dikonsumsi secara langsung dari daun tapak dara. Senyawa-senyawa ini harus diekstraksi dan dimurnikan melalui proses kompleks di laboratorium farmasi untuk menghasilkan obat kemoterapi yang aman dan efektif.
- Dosis dan Efek Samping
Penggunaan vinkristin dan vinblastin sebagai obat kemoterapi harus dilakukan dengan sangat hati-hati dan di bawah pengawasan ketat dokter onkologi. Dosis yang tepat sangat penting untuk memaksimalkan efek terapeutik dan meminimalkan efek samping, seperti kerusakan saraf (neuropati), penurunan jumlah sel darah putih (neutropenia), dan mual.
- Penelitian Lanjutan dan Pengembangan Obat
Penelitian terus dilakukan untuk mengembangkan analog vinkristin dan vinblastin yang lebih efektif dan memiliki efek samping yang lebih sedikit. Selain itu, penelitian juga berfokus pada pemahaman mekanisme resistensi sel kanker terhadap senyawa-senyawa ini, sehingga dapat ditemukan strategi untuk mengatasi resistensi tersebut.
- Potensi Senyawa Lain dalam Tapak Dara
Selain vinkristin dan vinblastin, tapak dara juga mengandung senyawa alkaloid lainnya yang berpotensi memiliki aktivitas antikanker. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengidentifikasi dan mengkarakterisasi senyawa-senyawa ini, serta untuk mengevaluasi potensi sinergisnya dengan vinkristin dan vinblastin.
Meskipun daun tapak dara mengandung senyawa antikanker yang penting, penting untuk ditekankan bahwa penggunaan langsung daun tapak dara sebagai obat kanker sangat berbahaya dan tidak dianjurkan. Pengobatan kanker harus dilakukan dengan obat-obatan yang telah diuji secara klinis dan diresepkan oleh dokter.
Pengontrol gula darah (alkaloid)
Kandungan alkaloid dalam Catharanthus roseus menarik perhatian karena potensi pengaruhnya terhadap regulasi kadar glukosa dalam darah. Walaupun penelitian masih berlangsung, indikasi awal menunjukkan adanya mekanisme yang dapat mendukung pengendalian diabetes.
- Jenis Alkaloid dan Mekanisme Potensial
Beberapa jenis alkaloid yang terkandung dalam tapak dara diyakini dapat berperan dalam meningkatkan sensitivitas insulin, yaitu kemampuan sel tubuh untuk merespon insulin dan menyerap glukosa dari darah. Alkaloid lain mungkin memiliki efek menghambat penyerapan glukosa di usus, sehingga mengurangi lonjakan kadar gula darah setelah makan.
- Uji Praklinis dan Studi Awal pada Manusia
Beberapa studi praklinis (pada hewan coba) menunjukkan bahwa ekstrak tapak dara dapat menurunkan kadar gula darah. Studi awal pada manusia juga memberikan hasil yang menjanjikan, tetapi jumlah partisipan dan durasi studi masih terbatas. Diperlukan uji klinis yang lebih besar dan terkontrol untuk mengkonfirmasi efektivitas dan keamanan penggunaan alkaloid tapak dara sebagai pengontrol gula darah.
- Perbandingan dengan Obat Antidiabetes Konvensional
Penting untuk membandingkan efektivitas dan profil keamanan alkaloid tapak dara dengan obat antidiabetes konvensional yang telah teruji dan disetujui oleh badan pengawas obat. Saat ini, alkaloid tapak dara tidak dapat menggantikan pengobatan diabetes yang diresepkan oleh dokter. Penggunaan alkaloid tapak dara sebagai terapi komplementer harus didiskusikan terlebih dahulu dengan dokter.
- Potensi Efek Samping dan Interaksi Obat
Alkaloid, secara umum, dapat memiliki efek samping, terutama jika dikonsumsi dalam dosis tinggi atau berinteraksi dengan obat lain. Efek samping yang mungkin terjadi antara lain gangguan pencernaan, perubahan tekanan darah, atau interaksi dengan obat antikoagulan. Konsultasi dengan dokter sangat penting untuk menghindari potensi efek samping dan interaksi obat yang merugikan.
- Standardisasi Ekstrak dan Kontrol Kualitas
Untuk memastikan keamanan dan efektivitas, ekstrak tapak dara yang digunakan sebagai pengontrol gula darah harus distandardisasi dan dikontrol kualitasnya. Standardisasi bertujuan untuk memastikan bahwa setiap batch ekstrak mengandung jumlah alkaloid yang konsisten. Kontrol kualitas meliputi pengujian untuk memastikan ekstrak bebas dari kontaminan seperti logam berat, pestisida, dan mikroorganisme berbahaya.
Dengan demikian, potensi alkaloid dari Catharanthus roseus sebagai pengontrol gula darah memerlukan kajian mendalam dan terukur. Penggunaan yang bijak, disertai pengawasan medis, menjadi kunci untuk memaksimalkan manfaat dan meminimalkan risiko.
Antioksidan (senyawa fenolik)
Kehadiran senyawa fenolik dalam tumbuhan Catharanthus roseus memberikan kontribusi signifikan terhadap potensi aktivitas antioksidan. Senyawa-senyawa ini berperan dalam menetralkan radikal bebas, molekul tidak stabil yang dapat menyebabkan kerusakan sel dan berkontribusi pada berbagai penyakit kronis.
- Peran Senyawa Fenolik sebagai Penangkal Radikal Bebas
Senyawa fenolik bekerja dengan mendonorkan elektron kepada radikal bebas, menstabilkannya dan mencegahnya merusak molekul lain dalam tubuh. Proses ini membantu melindungi sel-sel dari stres oksidatif, yang merupakan faktor utama dalam penuaan dan perkembangan penyakit seperti penyakit jantung, kanker, dan penyakit neurodegeneratif.
- Jenis Senyawa Fenolik yang Teridentifikasi
Berbagai jenis senyawa fenolik telah diidentifikasi dalam ekstrak Catharanthus roseus, termasuk flavonoid, asam fenolik, dan tanin. Masing-masing senyawa ini memiliki struktur dan mekanisme aksi yang berbeda, yang berkontribusi pada spektrum aktivitas antioksidan yang luas.
- Pengukuran Aktivitas Antioksidan secara In Vitro
Aktivitas antioksidan ekstrak Catharanthus roseus dapat diukur secara in vitro menggunakan berbagai metode, seperti DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl) assay dan FRAP (ferric reducing antioxidant power) assay. Hasil dari pengujian ini menunjukkan bahwa ekstrak Catharanthus roseus memiliki kemampuan yang signifikan untuk menangkal radikal bebas.
- Implikasi Potensial bagi Kesehatan
Aktivitas antioksidan yang dimiliki oleh senyawa fenolik dalam Catharanthus roseus berpotensi memberikan manfaat kesehatan, seperti melindungi sel-sel dari kerusakan akibat radikal bebas, mengurangi risiko penyakit kronis, dan memperlambat proses penuaan. Namun, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengkonfirmasi manfaat ini pada manusia.
- Perbandingan dengan Sumber Antioksidan Lain
Meskipun Catharanthus roseus mengandung senyawa fenolik dengan aktivitas antioksidan, penting untuk membandingkan potensinya dengan sumber antioksidan lain yang lebih umum, seperti buah-buahan, sayuran, dan teh hijau. Konsumsi makanan yang kaya antioksidan tetap merupakan strategi penting untuk menjaga kesehatan secara keseluruhan.
Dengan demikian, keberadaan senyawa fenolik yang berperan sebagai antioksidan menegaskan potensi Catharanthus roseus dalam mendukung kesehatan seluler. Walau menjanjikan, pemanfaatannya tetap harus didasarkan pada riset yang komprehensif dan aplikasinya memerlukan pertimbangan medis yang cermat.
Antimikroba (potensi melawan bakteri)
Ekstrak tumbuhan Catharanthus roseus menunjukkan aktivitas antimikroba, khususnya potensi melawan bakteri. Kandungan senyawa bioaktif di dalamnya diyakini mampu mengganggu pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme patogen tersebut. Aktivitas ini menjadikan tumbuhan tersebut relevan dalam konteks pencarian sumber-sumber alami agen antibakteri baru.
- Senyawa Aktif yang Terlibat: Beberapa senyawa, termasuk alkaloid dan terpenoid yang terdapat dalam ekstrak, diduga berkontribusi terhadap efek antimikroba. Senyawa-senyawa ini dapat bekerja dengan merusak membran sel bakteri, mengganggu sintesis protein, atau menghambat proses metabolisme esensial bakteri.
- Spektrum Aktivitas Antibakteri: Penelitian in vitro telah menunjukkan bahwa ekstrak tumbuhan ini efektif melawan berbagai jenis bakteri, termasuk bakteri Gram-positif seperti Staphylococcus aureus dan Bacillus subtilis, serta bakteri Gram-negatif seperti Escherichia coli dan Pseudomonas aeruginosa. Namun, efektivitasnya dapat bervariasi tergantung pada jenis bakteri dan konsentrasi ekstrak yang digunakan.
- Mekanisme Aksi yang Mungkin: Mekanisme aksi yang mendasari aktivitas antibakteri ekstrak tumbuhan ini masih dalam tahap penelitian. Beberapa hipotesis meliputi gangguan pada permeabilitas membran sel bakteri, penghambatan enzim-enzim penting dalam metabolisme bakteri, dan pembentukan kompleks dengan DNA bakteri, yang mengganggu replikasi dan transkripsi genetik.
- Potensi Aplikasi Medis: Potensi aktivitas antibakteri ini dapat dimanfaatkan dalam pengembangan obat-obatan baru untuk mengatasi infeksi bakteri, terutama infeksi yang resisten terhadap antibiotik konvensional. Namun, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengevaluasi keamanan dan efektivitasnya pada manusia.
- Pertimbangan Penting: Penting untuk diingat bahwa penggunaan ekstrak tumbuhan ini sebagai agen antibakteri harus dilakukan dengan hati-hati dan di bawah pengawasan medis. Dosis yang tepat, metode ekstraksi, dan potensi efek samping harus dipertimbangkan secara seksama. Penggunaan tradisional sebagai obat herbal tidak boleh menggantikan pengobatan medis konvensional yang telah terbukti efektif.
Aktivitas antimikroba yang terdeteksi dalam Catharanthus roseus membuka peluang untuk eksplorasi lebih lanjut dalam bidang farmakologi. Pengembangan agen antibakteri berbasis bahan alami dapat menjadi solusi alternatif dalam menghadapi masalah resistensi antibiotik yang semakin meningkat.
Anti-inflamasi (meredakan peradangan)
Potensi efek anti-inflamasi yang dikaitkan dengan Catharanthus roseus menjadi area penelitian yang menarik. Peradangan merupakan respons alami tubuh terhadap cedera atau infeksi, namun peradangan kronis dapat memicu berbagai penyakit. Kemampuan meredakan peradangan dapat menjadi salah satu kontribusi tanaman ini terhadap peningkatan kesehatan.
- Senyawa Bioaktif dan Jalur Inflamasi
Beberapa senyawa bioaktif dalam Catharanthus roseus, seperti alkaloid dan senyawa fenolik, diduga berperan dalam menghambat jalur-jalur inflamasi. Jalur-jalur ini melibatkan produksi molekul-molekul pro-inflamasi seperti sitokin dan prostaglandin. Penghambatan jalur ini dapat mengurangi intensitas respons peradangan.
- Uji In Vitro dan In Vivo
Studi in vitro (di laboratorium) telah menunjukkan bahwa ekstrak Catharanthus roseus dapat menekan produksi mediator inflamasi oleh sel-sel imun. Studi in vivo (pada hewan coba) juga memberikan hasil yang menjanjikan, dengan menunjukkan pengurangan tanda-tanda peradangan pada model hewan dengan kondisi inflamasi.
- Potensi Aplikasi pada Kondisi Inflamasi
Berdasarkan hasil penelitian awal, ekstrak Catharanthus roseus berpotensi digunakan sebagai terapi komplementer untuk kondisi inflamasi seperti arthritis, penyakit radang usus, dan asma. Namun, diperlukan uji klinis pada manusia untuk mengkonfirmasi efektivitas dan keamanan penggunaan ini.
- Perbandingan dengan Obat Anti-inflamasi Konvensional
Penting untuk membandingkan efek anti-inflamasi ekstrak Catharanthus roseus dengan obat anti-inflamasi konvensional seperti NSAID (obat anti-inflamasi non-steroid) dan kortikosteroid. Perbandingan ini mencakup efektivitas, efek samping, dan interaksi obat yang mungkin terjadi.
- Formulasi dan Metode Ekstraksi
Metode ekstraksi dan formulasi ekstrak Catharanthus roseus dapat mempengaruhi aktivitas anti-inflamasinya. Penelitian perlu difokuskan pada pengembangan metode ekstraksi yang optimal untuk menghasilkan ekstrak dengan kandungan senyawa bioaktif yang tinggi. Formulasi yang tepat juga penting untuk meningkatkan bioavailabilitas dan efektivitas ekstrak.
- Keamanan dan Toksisitas
Sebelum digunakan sebagai terapi anti-inflamasi, keamanan dan toksisitas ekstrak Catharanthus roseus harus dievaluasi secara menyeluruh. Beberapa senyawa dalam tanaman ini dapat bersifat toksik jika digunakan dalam dosis tinggi. Penelitian toksikologi diperlukan untuk menentukan dosis aman dan potensi efek samping.
Secara keseluruhan, potensi efek anti-inflamasi yang dimiliki Catharanthus roseus memberikan harapan untuk pengembangan terapi komplementer. Namun, pemanfaatannya memerlukan penelitian lebih lanjut dan pengawasan medis yang ketat untuk memastikan keamanan dan efektivitasnya.
Diuretik (meningkatkan produksi urin)
Kapasitas tumbuhan Catharanthus roseus dalam memicu diuresis, atau peningkatan produksi urin, menjadi aspek penting dalam potensi pemanfaatannya. Efek diuretik dapat berkontribusi pada berbagai mekanisme fisiologis yang bermanfaat, termasuk membantu tubuh membuang kelebihan garam dan cairan, yang pada gilirannya dapat menurunkan tekanan darah dan mengurangi beban kerja jantung. Senyawa-senyawa tertentu yang terkandung dalam ekstrak tumbuhan ini diduga berperan dalam meningkatkan aliran darah ke ginjal, sehingga meningkatkan laju filtrasi glomerulus dan produksi urin. Lebih lanjut, efek diuretik dapat membantu mengeluarkan toksin dan limbah metabolik dari tubuh melalui urin. Namun, perlu ditekankan bahwa efek diuretik yang berlebihan dapat menyebabkan dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit. Oleh karena itu, pemanfaatan tumbuhan ini sebagai diuretik harus dilakukan dengan sangat hati-hati dan di bawah pengawasan tenaga medis profesional. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengidentifikasi senyawa aktif yang bertanggung jawab atas efek diuretik ini, serta untuk menentukan dosis yang aman dan efektif untuk penggunaan terapeutik. Penggunaan tradisional untuk tujuan ini tidak boleh menggantikan rekomendasi medis yang tepat dan terukur.
Hepatoprotektif (melindungi fungsi hati)
Kapasitas pelindung terhadap hati, atau hepatoprotektif, merupakan aspek signifikan dalam evaluasi potensi terapeutik Catharanthus roseus. Fungsi hati yang optimal esensial bagi kesehatan secara keseluruhan, mengingat perannya yang krusial dalam metabolisme, detoksifikasi, dan sintesis berbagai senyawa penting.
- Peran Antioksidan dalam Perlindungan Hati
Stres oksidatif merupakan faktor utama dalam kerusakan hati. Senyawa antioksidan yang terkandung dalam tumbuhan ini dapat membantu menetralkan radikal bebas dan mengurangi kerusakan sel hati yang disebabkan oleh stres oksidatif. Ini dapat membantu mencegah peradangan dan fibrosis hati.
- Modulasi Enzim Hati
Ekstrak tumbuhan ini dapat memengaruhi aktivitas enzim-enzim hati yang terlibat dalam metabolisme obat dan detoksifikasi. Modulasi aktivitas enzim ini dapat membantu meningkatkan kemampuan hati dalam memproses dan menghilangkan zat-zat berbahaya dari tubuh, serta melindungi hati dari kerusakan akibat zat-zat toksik.
- Pengaruh pada Peradangan Hati
Peradangan kronis merupakan faktor utama dalam perkembangan penyakit hati. Senyawa anti-inflamasi yang terkandung dalam tumbuhan ini dapat membantu mengurangi peradangan hati dan mencegah perkembangan fibrosis dan sirosis. Ini dapat membantu menjaga struktur dan fungsi hati yang sehat.
- Potensi Regenerasi Sel Hati
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ekstrak tumbuhan ini dapat merangsang regenerasi sel hati yang rusak. Proses regenerasi ini dapat membantu memperbaiki kerusakan hati dan memulihkan fungsi hati yang normal. Namun, mekanisme dan efektivitas regenerasi sel hati ini masih memerlukan penelitian lebih lanjut.
Efek hepatoprotektif yang potensial menegaskan pentingnya eksplorasi lebih lanjut terhadap Catharanthus roseus sebagai agen pelindung hati. Meskipun demikian, penting untuk menekankan bahwa pemanfaatan tumbuhan ini untuk tujuan ini harus dilakukan dengan hati-hati dan di bawah pengawasan medis yang ketat, mengingat potensi efek samping dan interaksi obat yang mungkin terjadi.
Tips Pemanfaatan yang Bijak
Pemanfaatan tumbuhan Catharanthus roseus untuk kesehatan memerlukan pendekatan yang hati-hati dan berbasis informasi. Mengingat potensi manfaat sekaligus risiko yang mungkin timbul, beberapa panduan berikut perlu diperhatikan:
Tip 1: Konsultasikan dengan Profesional Medis.
Sebelum mempertimbangkan penggunaan ekstrak tumbuhan ini, konsultasi dengan dokter atau ahli herbal yang berkualifikasi adalah langkah krusial. Mereka dapat memberikan penilaian yang tepat berdasarkan kondisi kesehatan individu, riwayat medis, dan potensi interaksi dengan obat-obatan lain yang sedang dikonsumsi.
Tip 2: Perhatikan Dosis dan Formulasi.
Dosis dan formulasi ekstrak tumbuhan ini harus sangat diperhatikan. Hindari penggunaan dalam bentuk mentah atau tanpa takaran yang jelas. Lebih baik memilih produk yang telah distandardisasi dan memiliki informasi dosis yang akurat. Selalu ikuti petunjuk penggunaan yang tertera pada kemasan atau rekomendasi dari profesional medis.
Tip 3: Waspadai Efek Samping dan Interaksi.
Perhatikan dengan seksama setiap perubahan atau gejala yang muncul setelah mengonsumsi ekstrak tumbuhan ini. Efek samping mungkin bervariasi antar individu. Jika muncul reaksi alergi, gangguan pencernaan, atau gejala lain yang tidak biasa, segera hentikan penggunaan dan konsultasikan dengan dokter. Waspadai pula potensi interaksi dengan obat-obatan lain yang sedang dikonsumsi.
Tip 4: Prioritaskan Penelitian dan Informasi Terpercaya.
Penting untuk selalu mencari informasi yang akurat dan terpercaya mengenai potensi dan risiko pemanfaatan tumbuhan ini. Rujuk pada sumber-sumber ilmiah, jurnal penelitian, atau informasi dari lembaga kesehatan yang kredibel. Hindari informasi yang tidak berdasar atau klaim yang berlebihan.
Dengan mengikuti panduan ini, potensi manfaat tumbuhan Catharanthus roseus dapat dieksplorasi dengan lebih aman dan bertanggung jawab. Keselamatan dan efektivitas tetap menjadi prioritas utama dalam setiap upaya pemanfaatan untuk kesehatan.
Bukti Ilmiah dan Studi Kasus
Eksplorasi potensi terapeutik Catharanthus roseus telah menghasilkan sejumlah studi kasus dan penelitian ilmiah. Salah satu area fokus utama adalah pemanfaatan senyawa vinkristin dan vinblastin yang diekstrak dari tanaman ini dalam pengobatan kanker. Studi klinis telah menunjukkan efektivitas vinkristin dalam mengobati leukemia limfoblastik akut (LLA) pada anak-anak, yang secara signifikan meningkatkan tingkat kelangsungan hidup pasien. Vinblastin, di sisi lain, telah terbukti efektif dalam pengobatan limfoma Hodgkin dan non-Hodgkin.
Metodologi studi-studi ini umumnya melibatkan uji klinis terkontrol secara acak (RCT), di mana pasien dengan kanker yang relevan secara acak ditugaskan untuk menerima pengobatan dengan vinkristin atau vinblastin, atau pengobatan standar. Hasilnya diukur berdasarkan respons tumor, tingkat kelangsungan hidup, dan efek samping. Temuan dari studi-studi ini secara konsisten menunjukkan bahwa senyawa-senyawa ini memiliki aktivitas antikanker yang signifikan, meskipun disertai dengan efek samping yang perlu dikelola dengan hati-hati.
Meskipun efektivitas vinkristin dan vinblastin dalam pengobatan kanker telah mapan, terdapat perdebatan dan sudut pandang yang kontras mengenai penggunaan ekstrak Catharanthus roseus secara utuh atau fraksi senyawa lainnya. Beberapa penelitian in vitro dan in vivo menunjukkan potensi aktivitas antikanker dari senyawa-senyawa lain dalam tanaman ini, tetapi bukti klinis pada manusia masih terbatas. Selain itu, ada kekhawatiran tentang potensi toksisitas dan interaksi obat yang mungkin timbul jika menggunakan ekstrak utuh tanpa pemurnian dan standardisasi yang tepat.
Oleh karena itu, penting untuk secara kritis mengevaluasi bukti ilmiah yang tersedia mengenai potensi terapeutik Catharanthus roseus. Keputusan pengobatan harus selalu didasarkan pada penilaian yang cermat terhadap manfaat dan risiko, serta dengan mempertimbangkan kondisi kesehatan individu dan rekomendasi dari profesional medis yang berkualifikasi.