Ketahui 7 Manfaat & Bahaya Buah Belimbing yang Bikin Penasaran!

Jumat, 18 Juli 2025 oleh journal

Konsumsi buah belimbing dapat memberikan sejumlah keuntungan bagi kesehatan, seperti sumber vitamin dan mineral yang baik. Namun, perlu diperhatikan bahwa konsumsi buah ini juga dapat menimbulkan efek samping negatif, terutama bagi individu dengan kondisi kesehatan tertentu. Pemahaman mengenai potensi dampak positif dan negatif ini penting untuk mengonsumsi buah tersebut secara bijak.

"Buah belimbing, meski kaya nutrisi, perlu dikonsumsi dengan hati-hati. Manfaatnya sebagai sumber vitamin C dan antioksidan tak bisa dipungkiri, namun kandungan asam oksalatnya dapat menimbulkan masalah bagi individu dengan gangguan ginjal," ujar Dr. Amelia Putri, seorang ahli gizi klinis.

Ketahui 7 Manfaat & Bahaya Buah Belimbing yang Bikin Penasaran!

Dr. Putri menambahkan, "Penting untuk memahami bahwa tidak semua orang bisa mendapatkan manfaat yang sama dari buah ini. Konsultasi dengan dokter sangat disarankan, terutama bagi mereka yang memiliki riwayat penyakit ginjal."

Perdebatan mengenai konsumsi buah belimbing berkisar pada keseimbangan antara potensi manfaat kesehatan dan risiko yang mungkin timbul. Kandungan vitamin C, serat, dan antioksidan seperti flavonoid memberikan kontribusi pada peningkatan sistem imun dan perlindungan sel dari kerusakan akibat radikal bebas. Namun, buah ini juga mengandung karamboksin, neurotoksin yang dapat mempengaruhi fungsi saraf, terutama pada individu dengan gangguan fungsi ginjal. Asam oksalat yang tinggi juga dapat memicu pembentukan kristal oksalat yang memperberat kerja ginjal. Konsumsi yang disarankan adalah dalam jumlah sedang, tidak lebih dari satu buah per hari, dan selalu perhatikan reaksi tubuh setelah mengonsumsinya. Bagi individu dengan masalah ginjal, sebaiknya menghindari konsumsi buah ini sama sekali.

Manfaat dan Bahaya Makan Buah Belimbing

Konsumsi buah belimbing menawarkan potensi manfaat kesehatan, namun juga perlu mempertimbangkan risiko yang mungkin timbul. Pemahaman mendalam mengenai kedua aspek ini penting untuk memaksimalkan manfaat dan meminimalkan efek samping yang tidak diinginkan.

  • Kaya vitamin C
  • Sumber antioksidan
  • Meningkatkan imun
  • Menjaga sel tubuh
  • Potensi neurotoksin
  • Risiko ginjal
  • Asam oksalat tinggi

Buah belimbing, dengan kandungan vitamin C-nya, berperan dalam memperkuat sistem kekebalan tubuh. Antioksidan di dalamnya melindungi sel dari kerusakan akibat radikal bebas. Namun, kandungan karamboksin dapat menjadi masalah bagi penderita gangguan ginjal, memicu masalah saraf. Asam oksalat yang tinggi juga dapat memperburuk kondisi ginjal. Konsumsi bijak dan konsultasi dengan dokter penting untuk memastikan keamanan konsumsi.

Kaya Vitamin C

Kandungan vitamin C yang melimpah dalam buah belimbing menjadi salah satu faktor penentu dalam menimbang manfaat dan potensi bahaya konsumsinya. Keberadaan vitamin ini menawarkan keuntungan kesehatan yang signifikan, namun perlu diseimbangkan dengan pertimbangan lain terkait komposisi buah tersebut.

  • Peningkatan Sistem Imun

    Vitamin C dikenal luas karena perannya dalam meningkatkan fungsi sistem imun. Konsumsi buah belimbing dapat membantu tubuh melawan infeksi dan mempercepat penyembuhan luka. Namun, manfaat ini perlu dipertimbangkan bersamaan dengan potensi risiko bagi individu dengan kondisi kesehatan tertentu.

  • Perlindungan Antioksidan

    Vitamin C bertindak sebagai antioksidan yang kuat, melindungi sel-sel tubuh dari kerusakan akibat radikal bebas. Hal ini dapat membantu mencegah penyakit kronis dan memperlambat proses penuaan. Akan tetapi, manfaat antioksidan ini tidak serta merta menghilangkan potensi risiko yang mungkin timbul akibat komponen lain dalam buah belimbing.

  • Sintesis Kolagen

    Vitamin C esensial untuk sintesis kolagen, protein penting yang menjaga kesehatan kulit, tulang, dan jaringan ikat. Konsumsi buah belimbing dapat mendukung produksi kolagen yang optimal. Namun, bagi individu dengan gangguan ginjal, kandungan asam oksalat dalam buah ini dapat mengganggu penyerapan kalsium dan mempengaruhi kesehatan tulang.

  • Penyerapan Zat Besi

    Vitamin C meningkatkan penyerapan zat besi dari makanan nabati. Bagi individu dengan anemia defisiensi besi, konsumsi buah belimbing dapat membantu meningkatkan kadar zat besi dalam tubuh. Namun, perlu diingat bahwa interaksi dengan obat-obatan tertentu perlu diperhatikan, terutama bagi mereka yang sedang menjalani pengobatan.

  • Potensi Interaksi dengan Kondisi Kesehatan

    Meskipun kaya vitamin C, konsumsi buah belimbing perlu dipertimbangkan dengan hati-hati bagi individu dengan kondisi kesehatan tertentu, terutama gangguan ginjal. Kandungan asam oksalat dan karamboksin dapat memperburuk kondisi tersebut. Oleh karena itu, konsultasi dengan dokter sangat disarankan sebelum mengonsumsi buah ini secara teratur.

Kandungan vitamin C dalam buah belimbing menawarkan berbagai manfaat kesehatan, namun perlu diseimbangkan dengan potensi risiko yang mungkin timbul, terutama bagi individu dengan kondisi kesehatan tertentu. Pemahaman yang komprehensif mengenai manfaat dan bahaya konsumsi buah ini penting untuk membuat keputusan yang bijak dan menjaga kesehatan secara optimal.

Sumber antioksidan

Keberadaan senyawa antioksidan dalam buah belimbing memiliki implikasi ganda terhadap kesehatan. Di satu sisi, antioksidan berperan penting dalam menetralisir radikal bebas, molekul tidak stabil yang dapat merusak sel dan memicu berbagai penyakit kronis seperti penyakit jantung, kanker, dan diabetes. Antioksidan bekerja dengan menyumbangkan elektron ke radikal bebas, menstabilkannya, dan mencegahnya merusak sel-sel tubuh. Flavonoid, salah satu jenis antioksidan yang ditemukan dalam buah belimbing, telah terbukti memiliki efek anti-inflamasi dan dapat membantu melindungi tubuh dari kerusakan akibat peradangan.

Namun, penting untuk dicatat bahwa manfaat antioksidan ini tidak serta merta meniadakan potensi risiko yang mungkin timbul dari konsumsi buah belimbing, terutama bagi individu dengan kondisi kesehatan tertentu. Kandungan asam oksalat yang tinggi, misalnya, dapat mengganggu penyerapan kalsium dan memperburuk masalah ginjal. Selain itu, keberadaan karamboksin, neurotoksin yang dapat mempengaruhi fungsi saraf, menjadi perhatian khusus bagi penderita gangguan ginjal. Dengan demikian, meskipun buah belimbing merupakan sumber antioksidan yang baik, konsumsinya harus dipertimbangkan secara hati-hati, terutama bagi mereka yang memiliki riwayat penyakit ginjal atau kondisi medis lainnya yang relevan. Keseimbangan antara potensi manfaat antioksidan dan potensi risiko inilah yang mendasari pentingnya pemahaman komprehensif sebelum memasukkan buah ini ke dalam pola makan.

Meningkatkan Imun

Kemampuan buah belimbing dalam meningkatkan sistem kekebalan tubuh merupakan salah satu pertimbangan penting dalam mengevaluasi dampak konsumsinya. Meskipun potensial memberikan perlindungan terhadap penyakit, manfaat ini harus dipertimbangkan sehubungan dengan potensi risiko yang mungkin timbul bagi individu tertentu.

  • Kandungan Vitamin C dan Aktivitas Imun

    Vitamin C, yang terkandung dalam buah belimbing, dikenal berperan krusial dalam fungsi sistem imun. Vitamin ini mendukung produksi dan aktivitas sel-sel imun, seperti sel T dan sel B, yang bertugas melawan infeksi. Namun, konsumsi berlebihan vitamin C, terutama dalam konteks individu dengan gangguan ginjal, dapat memperburuk kondisi tersebut akibat kandungan asam oksalat dalam buah belimbing.

  • Antioksidan dan Perlindungan Seluler

    Senyawa antioksidan dalam buah belimbing membantu melindungi sel-sel tubuh dari kerusakan akibat radikal bebas. Kerusakan seluler akibat radikal bebas dapat melemahkan sistem imun dan meningkatkan risiko infeksi. Perlindungan antioksidan ini berkontribusi pada peningkatan imunitas secara keseluruhan. Namun, perlu diingat bahwa manfaat antioksidan ini tidak serta merta meniadakan risiko neurotoksin yang mungkin timbul pada individu dengan gangguan ginjal.

  • Peran Serat dalam Kesehatan Usus

    Serat dalam buah belimbing dapat mendukung kesehatan mikrobiota usus. Mikrobiota usus yang sehat berperan penting dalam regulasi sistem imun. Keseimbangan mikrobiota usus yang baik dapat meningkatkan kemampuan tubuh dalam melawan infeksi. Meskipun demikian, konsumsi serat berlebihan dapat menyebabkan masalah pencernaan pada beberapa individu, sehingga perlu diperhatikan jumlah konsumsinya.

  • Potensi Interaksi dengan Kondisi Autoimun

    Belum terdapat penelitian komprehensif mengenai efek buah belimbing terhadap kondisi autoimun. Beberapa komponen dalam buah belimbing mungkin memiliki efek imunomodulator, namun dampaknya terhadap individu dengan penyakit autoimun belum sepenuhnya dipahami. Konsultasi dengan dokter sangat disarankan bagi individu dengan kondisi autoimun sebelum mengonsumsi buah belimbing secara teratur.

  • Keseimbangan Nutrisi dan Gaya Hidup Sehat

    Peningkatan imunitas bukanlah hasil dari konsumsi satu jenis makanan saja, melainkan kombinasi nutrisi yang seimbang dan gaya hidup sehat. Buah belimbing dapat menjadi bagian dari pola makan yang mendukung sistem imun, namun perlu diimbangi dengan asupan nutrisi lain yang memadai, olahraga teratur, dan istirahat yang cukup. Konsumsi buah belimbing harus dilihat sebagai bagian dari strategi holistik untuk meningkatkan kesehatan dan imunitas.

Dengan demikian, efek buah belimbing dalam meningkatkan imunitas merupakan aspek penting yang perlu dipertimbangkan. Meskipun buah ini menawarkan potensi manfaat melalui kandungan vitamin C, antioksidan, dan serat, konsumsinya harus disesuaikan dengan kondisi kesehatan individu dan diimbangi dengan gaya hidup sehat secara keseluruhan. Pemahaman yang komprehensif mengenai potensi manfaat dan risiko konsumsi buah belimbing penting untuk memaksimalkan dampak positifnya terhadap sistem imun dan meminimalkan efek samping yang tidak diinginkan.

Menjaga sel tubuh

Integritas seluler merupakan fondasi kesehatan tubuh secara keseluruhan. Konsumsi buah belimbing, dengan kandungan nutrisinya, dapat berkontribusi pada pemeliharaan kesehatan sel. Namun, interaksi kompleks antara komponen buah ini dan fisiologi manusia menghadirkan potensi manfaat sekaligus risiko yang perlu dipahami.

Kandungan antioksidan, seperti flavonoid dan vitamin C, berperan dalam melindungi sel dari kerusakan akibat radikal bebas. Radikal bebas adalah molekul tidak stabil yang dihasilkan selama metabolisme normal dan terpapar dari lingkungan (misalnya, polusi, radiasi). Kerusakan sel akibat radikal bebas dapat memicu stres oksidatif, yang berkontribusi pada perkembangan penyakit kronis seperti kanker dan penyakit jantung. Dengan menetralisir radikal bebas, antioksidan dalam buah belimbing membantu menjaga integritas struktural dan fungsional sel.

Namun, perlu diperhatikan bahwa konsumsi buah ini juga dapat menimbulkan dampak negatif pada sel, terutama bagi individu dengan kondisi kesehatan tertentu. Kandungan asam oksalat yang tinggi dapat mengganggu penyerapan kalsium, yang esensial untuk fungsi seluler yang optimal, termasuk kontraksi otot dan transmisi saraf. Pada individu dengan gangguan ginjal, kelebihan asam oksalat dapat menyebabkan pembentukan kristal oksalat yang merusak sel-sel ginjal.

Selain itu, keberadaan karamboksin, neurotoksin yang terkandung dalam buah belimbing, dapat mempengaruhi fungsi saraf. Neurotoksin ini dapat mengganggu komunikasi antar sel saraf, yang berpotensi menyebabkan gejala neurologis seperti kebingungan, kejang, dan bahkan koma pada individu dengan gangguan ginjal. Mekanisme kerja karamboksin belum sepenuhnya dipahami, namun diduga berinteraksi dengan reseptor glutamat di otak.

Oleh karena itu, efek konsumsi buah belimbing terhadap pemeliharaan sel tubuh bersifat kompleks dan bergantung pada keseimbangan antara manfaat antioksidan dan potensi risiko akibat kandungan asam oksalat dan karamboksin. Konsumsi bijak, dengan mempertimbangkan kondisi kesehatan individu dan potensi interaksi dengan obat-obatan, sangat penting untuk memaksimalkan manfaat dan meminimalkan efek samping yang tidak diinginkan.

Potensi neurotoksin

Keberadaan neurotoksin dalam buah belimbing menjadi perhatian utama dalam konteks pertimbangan manfaat dan risiko konsumsi buah tersebut. Neurotoksin, dalam hal ini karamboksin, memiliki potensi untuk mengganggu fungsi sistem saraf, terutama pada individu dengan gangguan fungsi ginjal. Kondisi ini disebabkan oleh ketidakmampuan ginjal yang terganggu untuk secara efektif menyaring dan membuang karamboksin dari aliran darah, sehingga menyebabkan akumulasi dan peningkatan risiko efek toksik pada otak.

Efek neurotoksik karamboksin dapat bermanifestasi dalam berbagai gejala neurologis, mulai dari kebingungan dan disorientasi ringan hingga kejang, perubahan status mental, dan bahkan koma dalam kasus yang parah. Tingkat keparahan gejala bergantung pada jumlah karamboksin yang terpapar, fungsi ginjal individu, dan faktor kerentanan lainnya. Penting untuk dicatat bahwa individu dengan fungsi ginjal normal umumnya dapat mentolerir sejumlah kecil karamboksin tanpa mengalami efek samping yang signifikan, karena ginjal mereka mampu memproses dan mengeluarkan neurotoksin secara efisien.

Oleh karena itu, potensi neurotoksin dalam buah belimbing secara signifikan memengaruhi penilaian risiko-manfaat konsumsinya. Meskipun buah ini mengandung nutrisi yang bermanfaat seperti vitamin C dan antioksidan, risiko efek neurologis yang merugikan, terutama bagi individu dengan gangguan ginjal, menuntut pendekatan yang hati-hati dan terinformasi terhadap konsumsinya. Konsultasi dengan profesional medis sangat disarankan untuk menentukan apakah konsumsi buah belimbing aman dan sesuai berdasarkan kondisi kesehatan individu.

Risiko ginjal

Keterkaitan antara konsumsi buah belimbing dan risiko terhadap kesehatan ginjal merupakan aspek krusial dalam memahami potensi dampak positif dan negatif buah ini. Risiko ini, khususnya bagi individu dengan kondisi ginjal yang sudah terganggu, menjadi pertimbangan utama sebelum memasukkan buah belimbing ke dalam pola makan.

  • Kandungan Asam Oksalat Tinggi

    Buah belimbing mengandung asam oksalat dalam kadar yang relatif tinggi. Asam oksalat dapat berikatan dengan kalsium dalam tubuh dan membentuk kristal oksalat. Kristal ini dapat menumpuk di ginjal dan menyebabkan pembentukan batu ginjal, atau memperburuk kondisi ginjal yang sudah ada. Pada individu dengan fungsi ginjal yang normal, tubuh dapat memproses dan membuang asam oksalat dengan efisien. Namun, bagi mereka yang memiliki gangguan ginjal, kemampuan ini berkurang, sehingga meningkatkan risiko pembentukan kristal oksalat dan kerusakan ginjal lebih lanjut.

  • Neurotoksin Karamboksin

    Buah belimbing mengandung karamboksin, sebuah neurotoksin yang dapat memengaruhi fungsi sistem saraf. Pada individu dengan fungsi ginjal yang sehat, karamboksin dapat disaring dan dibuang dari tubuh. Namun, pada individu dengan gangguan ginjal, karamboksin dapat menumpuk dalam darah dan menyebabkan gejala neurologis seperti kebingungan, kejang, dan bahkan koma. Risiko ini menjadi sangat signifikan bagi penderita penyakit ginjal kronis.

  • Interaksi dengan Obat-obatan

    Buah belimbing dapat berinteraksi dengan obat-obatan tertentu yang dimetabolisme oleh ginjal. Interaksi ini dapat mengubah efektivitas obat atau meningkatkan risiko efek samping. Sebagai contoh, buah belimbing dapat menghambat enzim tertentu yang terlibat dalam metabolisme obat, sehingga meningkatkan kadar obat dalam darah dan meningkatkan risiko toksisitas. Individu yang mengonsumsi obat-obatan secara teratur, terutama obat-obatan yang diresepkan untuk penyakit ginjal atau kondisi medis lainnya, harus berkonsultasi dengan dokter sebelum mengonsumsi buah belimbing.

  • Potensi Kerusakan Ginjal Akut

    Pada kasus yang jarang terjadi, konsumsi buah belimbing dalam jumlah besar dapat menyebabkan kerusakan ginjal akut, bahkan pada individu dengan fungsi ginjal yang sebelumnya normal. Hal ini diduga terkait dengan kombinasi efek toksik asam oksalat dan karamboksin, yang dapat menyebabkan peradangan dan kerusakan sel-sel ginjal. Gejala kerusakan ginjal akut dapat meliputi penurunan volume urin, pembengkakan pada kaki dan pergelangan kaki, dan kelelahan.

Dengan demikian, risiko terhadap kesehatan ginjal merupakan faktor penting yang perlu dipertimbangkan dalam evaluasi potensi manfaat dan bahaya konsumsi buah belimbing. Bagi individu dengan gangguan ginjal, risiko-risiko ini seringkali melebihi potensi manfaatnya. Konsultasi dengan dokter atau ahli gizi sangat disarankan untuk menentukan apakah konsumsi buah belimbing aman dan sesuai berdasarkan kondisi kesehatan individu.

Asam oksalat tinggi

Kandungan asam oksalat yang tinggi pada buah belimbing menjadi faktor penentu dalam menimbang potensi keuntungan dan kerugian konsumsinya. Senyawa ini, meskipun alami, memiliki implikasi signifikan terhadap metabolisme kalsium dan fungsi ginjal, terutama pada individu yang rentan. Asam oksalat berinteraksi dengan kalsium dalam tubuh, membentuk kristal kalsium oksalat yang sulit larut. Pembentukan kristal ini dapat mengganggu berbagai proses fisiologis, termasuk penyerapan kalsium di usus dan ekskresi melalui ginjal.

Pada individu dengan fungsi ginjal yang normal, sebagian besar asam oksalat yang dikonsumsi akan difiltrasi dan dikeluarkan melalui urin. Namun, pada individu dengan gangguan ginjal, kemampuan ginjal untuk menyaring dan membuang asam oksalat berkurang, menyebabkan peningkatan kadar asam oksalat dalam darah. Kondisi ini meningkatkan risiko pembentukan batu ginjal kalsium oksalat, yang dapat menyebabkan nyeri hebat, infeksi saluran kemih, dan bahkan kerusakan ginjal permanen. Selain itu, kadar asam oksalat yang tinggi dalam darah dapat mengganggu penyerapan kalsium, yang berpotensi menyebabkan defisiensi kalsium dan masalah kesehatan terkait, seperti osteoporosis.

Meskipun asam oksalat dapat menimbulkan risiko kesehatan, penting untuk dicatat bahwa tidak semua individu akan mengalami efek negatif. Faktor-faktor seperti jumlah konsumsi, fungsi ginjal individu, dan asupan kalsium dalam makanan memainkan peran penting dalam menentukan dampak asam oksalat terhadap kesehatan. Konsumsi buah belimbing dalam jumlah sedang, bersamaan dengan diet yang kaya kalsium, dapat meminimalkan risiko pembentukan kristal oksalat. Namun, bagi individu dengan riwayat penyakit ginjal, batu ginjal, atau gangguan penyerapan kalsium, konsumsi buah belimbing sebaiknya dihindari atau dibatasi secara ketat, dan selalu dikonsultasikan dengan profesional medis untuk mendapatkan panduan yang tepat.

Dengan demikian, keberadaan asam oksalat yang tinggi dalam buah belimbing menghadirkan pertimbangan penting dalam mengevaluasi kesesuaian konsumsinya. Potensi manfaat nutrisi buah ini harus ditimbang dengan risiko yang mungkin timbul, terutama bagi individu dengan kondisi kesehatan tertentu. Pemahaman yang mendalam mengenai interaksi asam oksalat dengan tubuh, serta konsultasi dengan profesional medis, merupakan kunci untuk membuat keputusan yang tepat mengenai konsumsi buah ini.

Tips Konsumsi Aman dan Bijak

Informasi berikut dirancang untuk membantu memaksimalkan potensi keuntungan kesehatan sambil meminimalkan potensi efek samping negatif yang terkait dengan konsumsi buah eksotis ini. Pertimbangan cermat terhadap faktor-faktor individu dan praktik konsumsi yang tepat sangat dianjurkan.

Tip 1: Evaluasi Kondisi Kesehatan Ginjal
Individu dengan riwayat penyakit ginjal, batu ginjal, atau gangguan fungsi ginjal lainnya harus berkonsultasi dengan dokter sebelum mengonsumsi buah ini. Kandungan asam oksalat yang tinggi dapat memperburuk kondisi tersebut.

Tip 2: Batasi Jumlah Konsumsi
Meskipun tanpa riwayat penyakit ginjal, konsumsi dalam jumlah moderat tetap disarankan. Tidak lebih dari satu buah berukuran sedang per hari dianggap sebagai batas yang aman bagi sebagian besar orang dewasa sehat.

Tip 3: Perhatikan Reaksi Tubuh
Setelah mengonsumsi, perhatikan reaksi tubuh. Jika timbul gejala seperti mual, muntah, diare, sakit perut, atau gejala neurologis (misalnya, kebingungan), segera hentikan konsumsi dan konsultasikan dengan dokter.

Tip 4: Konsumsi Bersamaan dengan Makanan Kaya Kalsium
Mengonsumsi bersamaan dengan makanan kaya kalsium dapat membantu mengurangi penyerapan asam oksalat dan meminimalkan risiko pembentukan kristal oksalat. Contoh makanan kaya kalsium termasuk produk susu, sayuran berdaun hijau, dan tahu yang diperkaya kalsium.

Tip 5: Hindari Konsumsi Bersamaan dengan Obat-obatan Tertentu
Buah ini dapat berinteraksi dengan obat-obatan tertentu, terutama yang dimetabolisme oleh ginjal. Konsultasikan dengan dokter atau apoteker mengenai potensi interaksi obat sebelum mengonsumsi buah ini jika sedang menjalani pengobatan.

Kepatuhan terhadap pedoman ini dapat membantu memastikan konsumsi yang aman dan meminimalkan potensi efek samping. Konsultasi dengan profesional kesehatan untuk saran yang dipersonalisasi sangat dianjurkan, terutama bagi individu dengan kondisi kesehatan yang sudah ada.

Bukti Ilmiah dan Studi Kasus

Penelitian mengenai dampak konsumsi buah eksotis ini pada kesehatan manusia masih terus berkembang. Beberapa studi kasus memberikan gambaran mengenai potensi manfaat dan risiko yang terkait dengan konsumsinya, khususnya pada individu dengan kondisi medis tertentu. Studi-studi ini menggunakan berbagai metodologi, termasuk analisis retrospektif data pasien, observasi klinis, dan eksperimen in vitro.

Salah satu studi kasus yang dilaporkan dalam jurnal medis terkemuka menyoroti kejadian ensefalopati yang diinduksi oleh buah tersebut pada pasien dengan penyakit ginjal kronis. Pasien tersebut mengalami serangkaian gejala neurologis, termasuk kebingungan, kejang, dan koma setelah mengonsumsi buah tersebut dalam jumlah yang relatif kecil. Analisis toksikologi mengidentifikasi adanya karamboksin, neurotoksin yang ditemukan dalam buah tersebut, dalam kadar yang tinggi dalam serum pasien. Studi ini menekankan pentingnya menghindari konsumsi buah ini pada individu dengan gangguan fungsi ginjal, karena ginjal yang terganggu tidak dapat secara efektif menghilangkan karamboksin dari aliran darah, sehingga meningkatkan risiko neurotoksisitas.

Sebaliknya, studi lain yang dilakukan pada kelompok individu sehat menunjukkan bahwa konsumsi buah tersebut dalam jumlah sedang dapat memberikan manfaat antioksidan. Studi ini menemukan peningkatan kadar antioksidan dalam darah peserta setelah mengonsumsi buah tersebut secara teratur, yang menunjukkan potensi untuk melindungi sel-sel tubuh dari kerusakan akibat radikal bebas. Namun, para peneliti menekankan bahwa temuan ini perlu dikonfirmasi dalam studi yang lebih besar dan lebih terkontrol, dan bahwa manfaat antioksidan ini tidak boleh mengabaikan potensi risiko bagi individu dengan kondisi medis tertentu.

Interpretasi bukti ilmiah dan studi kasus mengenai konsumsi buah ini memerlukan pendekatan yang hati-hati dan kritis. Meskipun beberapa studi menunjukkan potensi manfaat, risiko, khususnya bagi individu dengan gangguan ginjal, tidak boleh diabaikan. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk sepenuhnya memahami dampak konsumsi buah ini pada berbagai populasi dan untuk mengembangkan pedoman konsumsi yang aman dan berbasis bukti.